Kencong – Dalam sejarah panjang perjalanan bangsa Indonesia, santri selalu hadir sebagai bagian penting dalam perjuangan dan pembangunan. Dari masa perjuangan kemerdekaan hingga era modern saat ini, santri bukan hanya dikenal sebagai penjaga nilai-nilai keagamaan, tetapi juga sebagai penggerak perubahan sosial. Tahun ini, momentum Hari Santri terasa begitu istimewa bagi masyarakat Jember. Sebab, untuk pertama kalinya Jember dipimpin oleh seorang Bupati yang berlatar belakang santri, Gus Fawait.
Gus Fawait dikenal luas sebagai sosok muda yang tumbuh dalam lingkungan pesantren. Didikan pesantren menjadikannya pribadi yang religius, sederhana, dan dekat dengan masyarakat bawah. Nilai-nilai kesantrian seperti keikhlasan, kemandirian, tawadhu’, dan semangat pengabdian mewarnai cara beliau memimpin Kabupaten Jember.
Di tengah kompleksitas persoalan daerah, kehadiran seorang pemimpin santri menjadi angin segar. Ia tidak hanya membawa visi pembangunan fisik, tetapi juga mengusung misi membangun moralitas, memperkuat pendidikan agama, serta memberdayakan masyarakat dari akar budaya religius yang kuat.
Momen Hari Santri Nasional bukan sekadar seremoni tahunan. Bagi ribuan santri di Jember, ini adalah kesempatan untuk menyampaikan doa dan harapan kepada pemimpin mereka yang juga seorang santri. Mereka melihat Gus Fawait bukan hanya sebagai Bupati, tetapi sebagai “wakil” santri yang duduk di kursi pemerintahan.
Para santri berharap adanya perhatian lebih terhadap dunia pesantren mulai dari peningkatan kualitas pendidikan diniyah, dukungan infrastruktur pesantren, hingga program pemberdayaan alumni santri agar dapat berkiprah lebih luas di masyarakat. Kehadiran pemimpin yang memahami kultur santri diharapkan mampu menjembatani antara nilai-nilai keagamaan dengan kebijakan pembangunan daerah.
Gus Fawait dalam berbagai kesempatan sering menegaskan pentingnya peran santri dalam membangun daerah. Kini santri bukan hanya pencari ilmu agama, tetapi juga calon pemimpin, pengusaha, inovator, dan pelopor perubahan di tengah masyarakat.
Dengan latar belakangnya sebagai santri, Bupati Jember berkomitmen untuk menjadikan pesantren sebagai pusat pemberdayaan masyarakat. Program-program seperti peningkatan literasi digital di pesantren, bantuan sarana pendidikan, hingga pelibatan santri dalam pembangunan desa menjadi langkah nyata yang ia dorong.
Hari Santri tahun ini menjadi momen refleksi penting: bahwa santri tidak hanya harus siap dipimpin, tetapi juga siap memimpin. Kehadiran Gus Fawait sebagai Bupati menunjukkan bahwa kepemimpinan santri bukan lagi sekadar cita-cita, melainkan kenyataan yang harus dijaga dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Dengan kepemimpinan santri, masyarakat berharap lahir kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil, mengedepankan nilai kejujuran, serta menjadikan agama sebagai ruh pembangunan daerah. Santri dan pemerintah bukan dua entitas yang terpisah, melainkan satu kesatuan yang saling menguatkan.
Santri pemimpin santri adalah simbol perubahan zaman. Dari pesantren ke pemerintahan, dari kitab kuning ke kebijakan publik, dari majelis ilmu ke ruang pengambilan keputusan. Di bawah kepemimpinan Gus Fawait, masyarakat Jember berharap lahir era baru: era di mana nilai-nilai luhur pesantren menjadi dasar membangun kabupaten yang religius, maju, dan sejahtera.