Menu

Mode Gelap
Pelatihan Konselor Sebaya Pesantren, RMI PCNU Kencong Cetak Santri Generasi Emas Ratusan Kader Dai-Daiyah LD PCNU Kencong Ikuti Madrasah Dakwah di Dira Kencong Peringati Maulid Nabi, Gus Yak: Ciri Orang Wirai itu Tidak Meminta-minta LPTNU Kencong Fasilitasi Pelatihan Penyusunan Borang Akreditasi LESBUMI Podcast Eps.2, Islam Nusantara, Nyai Ageng Pinatih, dan Jejak Sunan Giri Persoalan Wali Nikah Muhakkam

Blog

NU dan Pancasila: Ikatan Sejarah yang Tak Terpisahkan

badge-check


					NU dan Pancasila: Ikatan Sejarah yang Tak Terpisahkan Perbesar

 Download PDF

Setiap 1 Juni, kita memperingati Hari Lahir Pancasila, momen sakral ketika Bung Karno pertama kali merumuskan lima butir mutiara yang menjadi jiwa bangsa. Bagi Nahdlatul Ulama (NU), peringatan ini bukan sekadar upacara kenangan, melainkan panggilan untuk menghidupkan kembali dan memperjuangkan nilai-nilai Pancasila dalam denyut nadi kehidupan berbangsa dan beragama di Indonesia yang kompleks saat ini.

Sejak awal, NU telah menjadi benteng kokoh bagi Pancasila. Tokoh-tokoh NU seperti KH. Wahid Hasyim terlibat aktif dalam perumusannya di BPUPKI. Komitmen itu memuncak pada 1984, ketika NU, melalui Muktamar Situbondo, secara resmi menerima Pancasila sebagai asas tunggal dan final. Keputusan ini bukan sekadar kepatuhan politik, melainkan buah tafsir mendalam para ulama bahwa nilai-nilai Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia selaras sepenuhnya dengan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) yang dianut NU, khususnya prinsip tawasuth (moderasi), tawazun (keseimbangan), i’tidal (keadilan), dan tasamuh (toleransi).

Prinsip “Hubbul Wathan Minal Iman” (Cinta Tanah Air adalah Bagian dari Iman) yang dipegang teguh NU menjadi jembatan suci antara kesalehan individual dan kesalehan sosial berbangsa. Pancasila, dalam pandangan NU, adalah manifestasi konkret dari cinta tanah air itu sebuah konsensus untuk hidup bersama dalam keberagaman yang damai dan berkeadilan.

Di tengah gejolak zaman sekarang, sinergi antara nilai-nilai NU dan Pancasila justru menemukan relevansinya yang mendesak:

Melawan Radikalisme dan Intoleransi: Gelombang pemahaman keagamaan yang sempit, eksklusif, dan bahkan radikal mengancam kerukunan. NU, dengan doktrin Aswaja dan komitmennya pada Pancasila, berada di garda terdepan mempromosikan Islam yang ramah, moderat, dan mencintai tanah air. Pesantren-pesantren NU menjadi pusat penanaman nilai toleransi, menghormati perbedaan (baik dalam beragama maupun berkeyakinan), dan menolak segala bentuk kekerasan atas nama agama sesuai dengan Sila Pertama dan Kedua Pancasila. Gerakan seperti Gusdurian terus menggaungkan narasi inklusif dan pluralis sebagai jantung Pancasila.
Menjaga Persatuan di Tengah Polarisasi: Politik identitas dan polarisasi sosial yang mengeras kerap memecah belah bangsa. NU, dengan jaringan massa yang luas dan lintas budaya, berperan sebagai perekat sosial. Nilai-nilai musyawarah untuk mufakat (Sila Keempat) dan persatuan (Sila Ketiga) yang dihidupkan dalam tradisi bahtsul masail dan forum-forum warga NU menjadi antidot terhadap politik pecah belah. Semangat “Bhinneka Tunggal Ika” yang menjadi napas Pancasila adalah cerminan sempurna dari prinsip ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan) dalam NU.
Memperjuangkan Keadilan Sosial Ekonomi: Kesenjangan ekonomi dan ketidakadilan sosial masih menjadi momok. NU, dengan basis massa di pedesaan dan kalangan menengah-bawah, memiliki kepentingan dan tanggung jawab moral memperjuangkan terwujudnya Sila Kelima. Lembaga-lembaga NU seperti LAZISNU bergerak dalam pemberdayaan ekonomi umat dan membantu masyarakat marginal. Suara kritis NU terhadap kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat kecil adalah bentuk pengamalan Pancasila yang nyata.
Menjawab Tantangan Digital dan Hoaks: Arus informasi digital yang deras membanjiri ruang publik dengan hoaks, ujaran kebencian, dan narasi provokatif. NU aktif dalam gerakan literasi digital, mendorong pemanfaatan media secara bijak (hikmah), menyebarkan konten perdamaian, dan meluruskan hoaks terutama yang bernuansa SARA. Ini adalah upaya konkret menjaga “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” (Sila Kedua) di ruang maya.

Peringatan Hari Lahir Pancasila di era kini, bagi NU dan seluruh anak bangsa, harus menjadi momentum menguatkan Pendidikan Karakter Pancasila, Tidak hanya di sekolah, tetapi juga di pesantren, majelis taklim, pengajian, dan keluarga. Menghayati Pancasila sebagai etika kehidupan sehari-hari, bukan hafalan semata. Mendorong Peran Aktif Warga NU, Para kiai, nyai, santri, dan warga NU harus terus menjadi teladan dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan Aswaja: toleran, adil, cinta damai, dan solider dengan sesama. Bersinergi dengan Semua Elemen Bangsa, Memperkuat kolaborasi lintas organisasi, agama, suku, dan golongan untuk bersama-sama merawat kebhinekaan, menolak intoleransi, dan membangun keadilan sosial. Bersikap Kritis terhadap Penyimpangan, Berani menyuarakan kebenaran dan melawan segala bentuk kebijakan atau tindakan yang menggerogoti sendi-sendi Pancasila, baik berupa korupsi (melawan keadilan sosial), intoleransi (melawan kemanusiaan dan persatuan), maupun penyalahgunaan kekuasaan (melawan kerakyatan).

Pancasila, di bawah naungan nilai-nilai keislaman Ahlussunnah wal Jamaah yang dipegang NU, bukanlah warisan usang. Ia adalah pelita abadi yang terus menerangi jalan Indonesia di tengah kegelapan tantangan. Di tangan warga NU dan seluruh anak bangsa yang mencintai negeri ini, Pancasila harus terus dihidupkan, bukan hanya diucapkan, tetapi diwujudkan dalam sikap, tindakan, dan kebijakan yang nyata demi terwujudnya Indonesia yang Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur negara yang baik dan penuh ampunan Tuhan. Selamat Hari Lahir Pancasila, mari kita jadikan nilai-nilai luhurnya sebagai nafas perjuangan kita bersama di masa kini dan nanti.

Baca Lainnya

Kelangkaan BBM di Jember Banser Kencong Desak Penertiban Harga Eceran Nakal

29 Juli 2025 - 01:14 WIB

Pelajar NU dan Generasi Alpha Diserbu Konten Absurd, Siapa Peduli?

13 Juli 2025 - 13:15 WIB

Pelantikan MWCNU Gumukmas, Gus Firjaun tekankan Pengurus NU Harus Melalui Kaderisasi, Bukan Sekadar Gabung karena Modal

30 Juni 2025 - 07:42 WIB

Estafet Kepemimpinan PP. Bustanul Ulum Mlokorejo

15 Juni 2025 - 09:13 WIB

4.012 Anak PAUD/TK Ramaikan Manasik Haji Kecil IX Muslimat NU Kencong

10 Juni 2025 - 12:34 WIB

Trending di BANOM