Menu

Mode Gelap
Pelatihan Konselor Sebaya Pesantren, RMI PCNU Kencong Cetak Santri Generasi Emas Ratusan Kader Dai-Daiyah LD PCNU Kencong Ikuti Madrasah Dakwah di Dira Kencong Peringati Maulid Nabi, Gus Yak: Ciri Orang Wirai itu Tidak Meminta-minta LPTNU Kencong Fasilitasi Pelatihan Penyusunan Borang Akreditasi LESBUMI Podcast Eps.2, Islam Nusantara, Nyai Ageng Pinatih, dan Jejak Sunan Giri Persoalan Wali Nikah Muhakkam

LEMBAGA

Mengenang Haul ke-80 Hadlratusy Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari

badge-check


					Mengenang Haul ke-80 Hadlratusy Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari Perbesar

 Download PDF

Pada tanggal 7 Ramadan 1366 Hijriah, bertepatan dengan 25 Juli 1947 Masehi, di waktu sahur yang sunyi nan khidmat, bangsa Indonesia dan dunia Islam kehilangan salah satu permata terbesar: Hadlratusy Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari. Sang Abnauzzaman (Bapak Zamannya), Guru Para Ulama, dan Pelita Umat itu wafat pukul 03.00 WIB, menghembuskan nafas terakhir di tengah kesucian Ramadan—bulan yang senantiasa diisi dengan ketakwaan dan perjuangan spiritual. Kepergiannya ke haribaan Ilahi terjadi dua tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, di saat bangsa ini masih berjuang mempertahankan kedaulatan dari ancaman kolonialisme.

Beliau bukan sekadar pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di dunia yang mengakar di hati masyarakat, melainkan juga sosok Rijalul Hadits (Ahli Hadis) yang karyanya menjadi rujukan umat Islam global.

Lahir di Desa Gedang, Jombang, Jawa Timur, pada 14 Februari 1871, Hasyim Asy’ari menghabiskan masa muda untuk menuntut ilmu di berbagai pesantren dan Haramain (Mekkah-Madinah). Kepakarannya dalam ilmu hadis, fikih, dan tasawuf menjadikannya al-‘allamah (sang ilmuwan) yang dihormati, sekaligus pendidik yang melahirkan ribuan kyai dan santri pejuang.

Sebagai Rois Akbar NU, KH. Hasyim Asy’ari merajut visi keislaman yang moderat, berlandaskan Ahlussunnah wal Jama’ah. Jam’iyyah Nahdlatul Ulama yang beliau dirikan pada 1926 bukan hanya gerakan keagamaan, tetapi juga benteng perlawanan terhadap penjajahan. Fatwa Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang dicetuskannya menjadi pemicu semangat jihad rakyat Indonesia, mempertahankan kemerdekaan dengan darah dan air mata—seperti tergambar dalam pertempuran heroik 10 November 1945 di Surabaya.

Konsep Hubbul Wathon Minal Iman (Cinta Tanah Air Bagian dari Iman) yang beliau pegang teguh menjadi fondasi integrasi antara nasionalisme dan nilai-nilai keislaman. Bagi beliau, mengabdi pada bangsa adalah manifestasi iman, dan membela kemerdekaan adalah kewajiban suci. Pesan inilah yang menginspirasi generasi muda untuk terus mencintai Indonesia tanpa mengorbankan identitas keagamaan.

Wafatnya sang Maha Guru meninggalkan duka mendalam bagi segenap Nahdliyin, santri, dan rakyat Indonesia. Di tengah gejolak revolusi, kepergian beliau bagai kehilangan nahkoda yang selama ini memandu kapal bangsa di tengah badai. Namun, warisannya tetap hidup: ribuan pesantren, jaringan ulama, dan semangat kebangsaan yang tak lekang oleh zaman.

Kini, 80 tahun setelah kepergiannya, NU tetap tegak sebagai organisasi yang merawat tradisi, mengayomi kebhinekaan, dan menjadi penjaga moderasi Islam. Ajaran-ajaran beliau tentang kesantunan, keteguhan, dan kecintaan pada ilmu terus bergema di setiap pengajian, diskusi, dan langkah nyata masyarakat.

Terima kasih, Hadlratusy Syaikh. Panjenengan telah mengajarkan kami untuk berdiri di tengah, membawa damai, dan mencintai tanah air sepenuh hati. Semoga keluhuran ilmu, ketulusan perjuangan, dan kemurnian cinta Panjenengan pada agama dan bangsa menjadi cahaya abadi yang menerangi jalan generasi penerus.

Al-Fatihah, untuk Sang Guru Bangsa, Sang Penjaga Aswaja, Sang Kiai Pejuang. Lahu al-Fatihah.

Baca Lainnya

Pelatihan Konselor Sebaya Pesantren, RMI PCNU Kencong Cetak Santri Generasi Emas

4 September 2025 - 00:16 WIB

Ratusan Kader Dai-Daiyah LD PCNU Kencong Ikuti Madrasah Dakwah di Dira Kencong

26 Agustus 2025 - 17:28 WIB

LPTNU Kencong Fasilitasi Pelatihan Penyusunan Borang Akreditasi

25 Agustus 2025 - 17:04 WIB

LESBUMI Podcast Eps.2, Islam Nusantara, Nyai Ageng Pinatih, dan Jejak Sunan Giri

23 Agustus 2025 - 11:19 WIB

Persoalan Wali Nikah Muhakkam

23 Agustus 2025 - 07:41 WIB

Trending di LBMNU