Jember, 30 September 2025 — Sejumlah tokoh agama, perwakilan Kantor Urusan Agama (KUA), serta organisasi masyarakat seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah menghadiri Dialog Kerukunan Intern Umat Beragama yang digelar di Aula PLHUT Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember, Selasa (30/9) pagi. Forum ini membahas isu-isu aktual terkait kerukunan dan potensi konflik antarumat beragama di daerah.
Acara dibuka dengan menyanyikan Indonesia Raya, dilanjutkan sambutan H. Ahmad Tholabi, M.Hi., dan Dr. Santoso. Keduanya menegaskan pentingnya perhatian terhadap persoalan sosial, bahkan yang dianggap kecil sekalipun. Doa penutup seremoni dipimpin Ketua PCNU Kencong, KH. Zainil Ghulam, M.Hi.
Dalam sesi dialog, sejumlah isu mengemuka. Antara lain penolakan masyarakat terhadap kehadiran tokoh agama tertentu di Ambulu, munculnya jamaah thoriqoh baru bernama Jatma Aswaja, keberadaan aliran Bahai di Lengkong, serta polemik pendirian Masjid Al-Firdaus di Kaliwates yang menuai keberatan warga.
Ketua MUI Jember, KH. Abdul Haris, menegaskan perlunya deteksi dini konflik keagamaan. Menurutnya, pluralitas adalah realitas yang tidak dapat dihindari.
“Perbedaan dalam akidah, fikih, maupun tasawuf bisa menjadi kekuatan jika dikelola dengan bijak. Tugas tokoh agama adalah menjaga agar perbedaan tidak memicu perpecahan,” ujarnya.
Selain itu, perwakilan KUA turut menyampaikan berbagai permasalahan di lapangan. KUA Jenggawah melaporkan adanya pasangan pengantin yang mengaku beragama Bahai, sementara KUA Patrang menyoroti konflik internal pengurus masjid di Gebang. Dari Kaliwates, KUA mengungkap keluhan warga atas pembangunan masjid tanpa komunikasi dengan tokoh sekitar.
Muhammadiyah juga menyinggung laporan adanya kegiatan HTI yang dikemas dalam acara Maulid Nabi di Perumahan Argopuro. Sementara dari PCNU Kencong, Bapak Arifunnajih menyoroti penggunaan sound horeg dalam karnaval yang masih menimbulkan keresahan masyarakat.
Dialog yang berlangsung hingga pukul 11.15 WIB ini ditutup dengan bacaan hamdalah, bertepatan dengan azan Zuhur.